Sepenuh hati padamu yang kucinta sepenuh jiwa

Tak pernah ingin jauh darimu karena rindu ini tak kan terkira

Terlalu aku mencinta..

Ingin selalu bersamamu yang dicinta

Aku percaya jodoh tak kan kemana, bila Allah menakdirkan pasti diberi jalan

Dimanapun kau berada, kau selalu kucinta

Walau tak bersama..

Padamu aku tetap jatuh hati

 

AKU PAMIT

 

Jangan coba-coba sentuh hatiku kalau kau tak niat serius

Bila ku benar-benar jatuh cinta

Apa kau mau tanggung jawab?

Bukan berarti ku tak suka kau dekati aku

Tapi aku takut kau hanya memberiku harapan palsu..


Aku masih ingin sunyi

Aku masih ingin hening

Dan sekali lagi aku ingin seperti 

Fatimah az-Zahra

Yang pandai menyembunyikan jutaan rasa dalam hatinya

Dan kamu, yang kusebut dalam do’a

berbahagialah..

Karena kamu masih menjadi bagian utama

dalam do’aku..

Setelah do’a untuk Ibu dan Bapakku


Jangan lagi kau tanya “KAPAN” sebab “DOA” mu jauh lebih ku butuhkan

Apapun yang kalian pikirkan tentang aku, tak bisakah kalian bergeser sedikit saja dari kehidupanku? Sejatinya, menikah juga salah satu tujuan hidupku. Jadi tak perlu banyak bertanya tentang kapan dan siapa, atau ingin yang seperti apa.

Bukankah hidup pada hakikatnya bercerita tentang memilih? Sudikah kalian memberiku ruang untuk lebih leluasa memilah, mana diantara mereka yang datang dengan serius atau yang hanya ingin bercanda?

Karena bagiku jauh lebih baik aku membiarkan hati ini menunggu seseorang yang tepat untuk dijadikan rekan menghadapi masa depan daripada menghabiskan banyak waktu dengan orang yang salah, yang hanya akan mengunci kebebasanku.

Berhentilah merasa paling tau tentang aku. Sungguh.. menikah sekarang ataupun nanti itu sama sekali bukan bagian dari kalian.

Aku percaya bahwa Allah punya skenario indah. Tiap apapun yang dipahat oleh tanganNya pasti jadi karya yang luar biasa. Jadi, untuk apa membantah atau mendesakNya mempercepat segala sesuatu jadi seperti yang kalian mau!

Adakah jaminan kalian yang dijari manisnya telah melingkar cincin dengan label penyatu bisa lebih tertawa bahagia dibandingkan aku?

Bila mau sedikit saja menikmati, bukankah tiap perjalanan hidup itu patut membuat kita berdecak kagum dan bersyukur atas rencanaNya? Kalau aku sendiri menikmati perjalananku yang seperti ini, kenapa kalian harus dengan rela membuang energi hanya untuk mencibiri apa yang sudah Allah kehendaki?

Toh kalaupun waktunya sudah tiba, aku juga akan mengajak kalian bersuka cita bersama. Akan ku perkenalkan dia pada kalian yang selalu merasa penasaran. Jadi, bersabar sajalah! Beri aku waktu untuk menjalani semua ini.

@sepotongkayu